Jakarta, Perdebatan mengenai Proyek Strategis Nasional (PSN) di kawasan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) terus berlanjut. Sejumlah komentar negatif terus mengemuka, menyuarakan pandangan miring terhadap proyek yang digagas pada era Presiden Jokowi.
Merespons isu negatif yang berkembang, sejumlah wartawan melakukan investigasi langsung dengan mengunjungi lokasi proyek dan bertemu dengan pihak-pihak terkait.
Isu liar tentang PSN PIK2 menjadi bahan perbincangan di tengah masyarakat. Banyak pihak yang terlibat, baik karena kepentingan bisnis maupun politik. Situasi ini semakin memanas setelah Said Didu melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan yang sudah diketahui oleh Presiden Jokowi saat itu.
Meski awalnya suara Said Didu sempat dipercaya oleh sebagian masyarakat, kini banyak warga sekitar PIK2 yang mulai menyadari adanya provokasi tersebut. Baru-baru ini, warga Pakuhaji menolak kedatangan Said Didu dan rombongannya ke wilayah mereka.
Cek Fakta oleh Media
Sebanyak 10 media melakukan pengecekan langsung ke lapangan untuk melihat kondisi faktual PSN di kawasan PIK2.
Memasuki kawasan PIK1, pengunjung disambut dengan jalan yang mulus serta deretan gedung perkantoran, perumahan, dan tempat usaha, termasuk berbagai kuliner. Agung Sedayu Group selaku pengembang terlihat serius dalam menata kawasan ini.
Tak heran jika Aguan, pemilik Agung Sedayu Group, menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak yang melihat PIK dari sudut pandang berbeda. Bahkan, ada pihak yang menyebut PIK sebagai ‘negara dalam negara’ dengan narasi bahwa masjid di kawasan tersebut dihilangkan, penghuni mayoritas adalah warga keturunan Tionghoa, dan pengambilan lahan warga dilakukan tanpa ganti rugi yang layak.
Fakta di lapangan menunjukkan, antara PIK1 dan PIK2 dipisahkan oleh jembatan panjang. Jembatan ini kerap menjadi tempat wisata dadakan bagi warga yang berfoto atau membuat video dokumentasi, terutama pada malam hari saat pemandangan jembatan tampak indah.
Setibanya di PIK2, suasana pesisir laut langsung terasa, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satu destinasi yang banyak dikunjungi adalah Pantai Aloha. Di sini, terlihat para pengunjung, termasuk wanita berjilbab dan bercadar, hilir mudik menikmati suasana pantai. Menurut keterangan salah satu pegawai restoran di Pantai Aloha, lokasi ini hampir selalu ramai setiap hari.
Penjelasan Pihak PIK
Setelah melalui koordinasi, pihak keamanan PIK membuka akses bagi wartawan untuk memasuki area PSN yang selama ini menjadi bahan polemik. Di lokasi, terlihat bahwa area PSN belum dikerjakan dan hanya berupa lahan kosong yang dipenuhi tanaman liar, seperti enceng gondok.
Toni, perwakilan dari manajemen PIK, menjelaskan bahwa lokasi ini nantinya akan dibangun berbagai fasilitas, termasuk lapangan golf, sirkuit mobil, dan Masjid Agung terbesar di kawasan tersebut dengan luas mencapai 4,5 hektar.
“Lokasi PSN saat ini masih terpencar-pencar dan terletak di ujung dekat laut,” jelas Toni sambil menunjukkan desain peta rencana pengembangan PSN.
Menurut Toni, pengelolaan lokasi PSN berada di bawah tanggung jawab Departemen Kehutanan. Sebagai bagian dari rencana pengembangan, pihak PIK akan merevitalisasi lahan mangrove seluas 1.754 hektar, dengan sekitar 500 hektar lebih yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.
Mengedukasi Masyarakat Melalui Kanal Informasi
Cak Ofi, Ketua Umum Barisan Ksatria Nusantara (BKN), turut angkat bicara mengenai polemik yang berkembang. Menurutnya, banyak pihak keliru dalam memahami perbedaan antara PSN dan PIK.
“Banyak orang tidak tahu dan tidak memiliki data yang valid, tetapi merasa paling tahu hingga menyebarkan fitnah,” tegas Cak Ofi.
Untuk mengedukasi masyarakat, Cak Ofi terus melakukan advokasi melalui kanal YouTube Main Mata Cak Ofi, yang diharapkan menjadi jembatan informasi antara pihak PIK dan masyarakat luas.(PR)